Senin, 24 Desember 2007
PESERTA WORKSHOP DEMOKRASI-MAKASSAR
Mereka yang selalu gembira memperjuangkan demokrasi
Inilah pose terakhir pada kunjungan kami ke Taman Nasional Bantimurung. Selama dua hari menyelenggarkan workshop demokrasi di LEC Antang. Yang menarik sejak penyelenggaraan itu tak ada yang bermuka masam, hingga foto di ambil oleh syahden (sang fotografer unik). Teruslah untuk gembira dalam memperjuangkan demokrasi.
Di losari yang ku tunggu
Sabtu, 22 Desember 2007
Fajroel Rahman, peserta dan kepemimpinan Kaum Muda
Kepemimpinan Kaum Muda Indonesia
Pada hari/tanggal, kamis/28 November 2007, setelah pelaksanaan workshop demokrasi di LEC Antang, di gelar lagi diskusi terbuka yang mengangkat tema tentang "Kepemimpinan kaum muda Indonesia". Diskusi ini di selenggarakan di komunitas Inninawa-Makassar. Pembicara adalah fajroel Rahman dengan di moderatori oleh Syahden. Diskusi ini di hadiri kurang lebih 50 orang terdiri dari mahasiswa dan pemuda yang ada di makassar. Tidak di prediksi sejak awal bahwa yang akan hadir jumlahnya begitu banyak. Namun wajar, Karena teman-teman mahasiswa dan pemuda telah mengetahui sebelumnya bahwa yang akan menjadi nara sumber adalah Penulis buku : "Demokrasi tanpa kaum Demokrat" yakni Fajroel Rahman,
Dalam diskusi yang mengambil tema kepemimpinan kaum muda menjadi hangat karena yang hadir semuanya adalah kaum muda. Sehingga sangat mengalir diskusinya, karena berangkat dari pengalaman masing-masing pada saat mengutarakan pendapatnya. Setelah diskusi ini di buka oleh moderator, kesempatan pertama di berikan kepada abang Fajroel, yang pada saat di perkenalkan di berika gelar Karaeng Fajroel Rahman. Kata ini juga yang sempat membuat Fajroel bertanya ; karaeng itu apa, dan di jawab bahwa karaeng itu adalah gelar bangsawan bagi masyarakat Makassar. Diskusi pun di mulai;
Fafroel Rahman
Terdapat banya persoalan yang melanda perjuangan demokrasi di indonesia, salah satunya adalah dengan begitu banyaknya kaum politisi tua yang menguasai panggung politik. Hal ini memberian pengaruh negatif yaitu dengan tidak adanya akses yang terbuka buat generasi muda indonesia untuk mentas dalam panggung politik indonesia.
Kaum tua tidak memiliki kesadaran penuh bahwa dengan bertambahnya waktu maka secara otomatis menurunkan motifasi alamiah untuk berbuat maksimal dalam menyelesaikan persoalan yang terus menimpa indonesia, terutama dalam mewujudkan demokrasi substansial di indonesia. Demokrasi substansial yang di maksud di sini adalah bagaimana rakyat bisa mengakses hak-hak asasinya. Hak yang terberi dan negara indonesia bisa menjaminkan kepada masyarakat agar bisa di nikmati secara menyeluruh, dan merata.
Dalam mengawali perbincangan kita mengenai kepemimpinan kaum muda, sebelumnya pasti kita berpikir bahwa yang mana yang di sebut dengan kaum muda. Mesti ada batasan memang dalam melihat keterbatasan umur manusia, agar tidak ada penafsiran yang banya dan membuat kita sendiri bingung untuk melanjutkan perbincangan kita. Jadi , secara sederhana yang di maksud denga kaum muda adalah manusia atau orang yang memiliki umur di antara 20-45 tahun. Lebih dar 45 berarti sudah masuk kategori tua. Mungkin toleransi yang bisa di berikan untuk kondisi hari ini adalah 20-50. Mengapa demikian, upaya untuk mengantikan posisi kaum tua, juga harus bertahap. Tak bisa di nafikan bahwa banyak kaum tua yang masih memiliki naluri kekuasaan dan keserakahan yang berlebihan. Kita lihat saja mereka-mereka yang menjabat sebagai presiden dan wakil presiden indonesia, umur mereka berkisar antara 50-65 tahun. Seperti, Habibi, Gusdur, Megawati dan terakhir adalah Susilo B Y. Wakil presiden yang bisa kita jadikan sampel adalah Hamza Haz dan terakhir adalah Yusuf Kalla. Parahnya lagi dalam pesta demokrasi nantinya yang masih bermain dalam pesta demokrasi ini, semuanya adalah pemain lama.
Fenomena ini menjadi hal yang pasti untuk tahun 2009 nantinya, maka peluang besar kaum muda untuk mengambil peran maksimal adalah pasca dari tahun 2009, yaitu tahun 2014. Kalau kita analisis, peluang generasi tua memainkan konstalasi politik Indonesia hanya bisa maksimal pada Pilpres 2009. Setelah itu, kaum muda yang harus bersiap-siap. Melihat itu semua apa yang harus di persiapkan oleh Kaum muda untuk memimpin dan mengawal Indonesia ke dapur demokrasi yang benar-benar demokrasi, dan bagaimana cara mempersiapkan itu semua.
Peserta (Acip-Mahasiswa Unhas)
Peserta (Fitri-Mahasiswa Unhas)
Rabu, 12 Desember 2007
Anak ini juga sekolah
Di balik aktifitasnya sebagai penjual asongan anak ini juga ternyata sekolah di salah satu SD yang ada di makassar. Sekarang ia sudah kelas III SD, walaupun kondisi keluarganya kesulitan dalam membiayai sekolahnya, ia dengan gembiranya menjalani hipup dengan tetap mencari uang tambahan untuk sekolahnya, tapi di sisi lain ia tak kehilangan duniannya untuk bermain bersama teman-temannya yang lain di Pantai Losari ini. Kau pantas menjadi spirit buat banyak anak muda yang lebih tua dan lebih dewasa dari kau, tapi belum tentu punya keberanian yang sama dengan kau untuk berjualan seperti ini, hormatku untuk perjuanganmu!!!
Skrening Workshop Demokrasi
Langganan:
Postingan (Atom)